9 research outputs found

    Implementasi dan Analisis Purwarupa Sistem Collision Avoidance pada Mobil Pintar Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

    Get PDF
    Kecelakaan menjadi penyebab tertinggi ketiga kematian di dunia. Melaui sistem collision avoidance yang diterapkan pada mobil pintar, diharapkan agar kecelakaan pada mobil dapat terhindarkan dan angka kecelakaan dapat berkurang. Sistem ini menerapkan konsep Wireless Sensor Network (WSN), jenis jaringan yang dapat melalukan proses sensing, pengiriman data, serta monitoring melalui koneksi internet.Perancangan dan implementasi purwarupa collision avoidance pada mobil pintar ini bekerja dengan cara mendapatkan jarak antar mobil yang didapat dari sensor Ultrasonik HC-SR04 yang kemudian menjadi input Arduino untuk mengatur kecepatan optimal mobil agar tidak terjadi tabrakan. Komunikasi antar mobil menggunakan Xbee S2 yang dihubungkan ke Raspberry Pi untuk dikoneksikan ke web server. Informasi yang didapat berupa jarak dan kecepatan mobil akan ditampilkan pada website yang dapat diakses oleh pengguna.Hasil pengujian didapatkan jangkauan maksimal Xbee S2 adalah 89 meter. Nilai delay dari sensor hingga sistem monitoring didapatkan rata-rata 0,411 detik, sedangkan nilai throughput rata-rata adalah 641,73 bytes/s

    Implementasi dan Analisis Purwarupa Sistem Collision Avoidance pada Mobil Pintar Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

    Full text link
    Kecelakaan menjadi penyebab tertinggi ketiga kematian di dunia. Melaui sistem collision avoidance yang diterapkan pada mobil pintar, diharapkan agar kecelakaan pada mobil dapat terhindarkan dan angka kecelakaan dapat berkurang. Sistem ini menerapkan konsep Wireless Sensor Network (WSN), jenis jaringan yang dapat melalukan proses sensing, pengiriman data, serta monitoring melalui koneksi internet.Perancangan dan implementasi purwarupa collision avoidance pada mobil pintar ini bekerja dengan cara mendapatkan jarak antar mobil yang didapat dari sensor Ultrasonik HC-SR04 yang kemudian menjadi input Arduino untuk mengatur kecepatan optimal mobil agar tidak terjadi tabrakan. Komunikasi antar mobil menggunakan Xbee S2 yang dihubungkan ke Raspberry Pi untuk dikoneksikan ke web server. Informasi yang didapat berupa jarak dan kecepatan mobil akan ditampilkan pada website yang dapat diakses oleh pengguna.Hasil pengujian didapatkan jangkauan maksimal Xbee S2 adalah 89 meter. Nilai delay dari sensor hingga sistem monitoring didapatkan rata-rata 0,411 detik, sedangkan nilai throughput rata-rata adalah 641,73 bytes/s

    Performance Analysis on IEEE 802.11ah Standard with Enhanced Distributed Channel Access Mechanism

    Get PDF
    IEEE 802.11ah is a new task group on the IEEE 802.11 standard designed to work on the 900 MHz. It is with a range of communication coverage up to 1kilometer, lower energy consumption, and up to 8191 stations. There are two types of STAs in 802.11ah: sensor type to support sensor service and non-sensor type for offload service. In this research, it only focuses on non-sensor STA. For non-sensor STA, maximizing throughput is more important than power consumption. This research aims to see the performance of IEEE 802.1 1ah with Enhanced Distributed Channel Access (EDCA). To achieve that purpose, a mechanism is needed to provide guarantees various services required by theSTA. EDCA is an access mechanism used to set the Quality of Service (QoS) for the IEEE 802.11 standard through modifications in MAC layer. In this research,it focuses on one of the EDCA parameters, Arbitration Inter-Frame Space (AIFS). In addition, this research also focuses on the 802.11ah feature is Restricted Access Window (RAW) by changing the number of the RAW groups. From the results of the research, it is found that the improvement scheme with Arbitration Inter-Frame Space Number (AIFSN) value AC BK = 2, AC BE = 1, AC VI = 1, AC VO = 1 has better performance compared to the default scheme with AIFSN value AC BK = 7, AC BE = 3, AC VI = 2, AC VO = 2) with an average throughput of 1.504598 Mbps, average overall delay of 0.066242 second and average PDR of 62%. In addition, changes in the number of RAW groups and RAW slots affect network performance. This feature can improve the value of throughput, average delay, and Packet Delivery Ratio. The goals of this research is to know the effect of AIFSN value changes on AIFSN parameters, variation of RAW group and RAW slot number to throughput,average delay and packet delivery ratio

    Analisis Throughput Dan Skalabilitas Virtualized Network Function VyOS Pada Hypervisor VMWare ESXi, XEN, DAN KVM

    Get PDF
    Virtualisasi berjalan diatas suatu hypervisor yang merupakan suatu program untuk membuat dan menjalankan virtual machine. Hypervisor mengatur sejumlah resources hardware seperti RAM, CPU, dan storage yang dimiliki hardware aslinya untuk digunakan bersama-sama dengan virtual environment. Salah satu implementasi yang dapat dimanfaatkan dengan adanya virtualisasi adalah Network Function Virtualization atau yang biasa disebut NFV. Konsep ini memanfaatkan teknik virtualisasi untuk membuat suatu Virtualized Network Function (VNF) yang memiliki fungsi sama dengan network device aslinya. Salah satu VNF yang dapat digunakan secara bebas adalah VyOS. VyOS merupakan sistem operasi jaringan berbasis open source yang memiliki fungsi seperti hardware router tradicional, firewall. VPN, proxy dan fungsi jaringan lainnya. Pada penelitian ini dilakukan pengujian performansi VyOS pada bare-metal hypervisor (XEN, VMware ESXi) dan hosted hypervisor (Kernel-based Virtual Machine atau KVM).  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari ketiga hypervisor tersebut dalam menjalankan VNF dengan parameter throughput, dan parameter skalabilitas. Dari hasil pengujian dan anĂ¡lisis dapat disimpulkan bahwa KVM memiliki performansi kecepatan tertinggi dengan besar throughput 19.29 GB/s. Sedangkan untuk parameter skalabilitas, VMware memiliki skalabilitas yang sangat baik yang ditunjukkan dengan kecilnya degradasi performansi pada throughput saat menjalankan banyak VNF daripada XEN dan KVM

    Performance Analysis of VXLAN and NVGRE Tunneling Protocol on Virtual Network

    Full text link
    Virtualization is a new revolutionary approach in networking industry, its make possible to build several virtual machine (VM) in one physical hardware. In virtualization practice, one VM might be connected to others, but not all of VM in one environment must be connected due the privacy and security issues. One of the solutions which can address this issue is tunneling protocol. Tunneling protocol is a layer-2-in-layer-3 protocol which can isolate tenant traffic in virtualize environment. This research conducted about the performance of VXLAN and NVGRE tunneling protocol which works on virtualize environment and aims to determine the perfomances of throughput, delay, jitter, and vCPU Usage using variable packet size in range of 128-1514 byte. From the the result, can be conclude that both of tunneling protocol can isolate the traffic between tenant. For the performance result, NVGRE has the highest value of throughput, 771,02 Mbps and the VXLAN got 753,62 Mbps. For the delay NVGRE got 2.24 ms and VXLAN got 2.29 ms. For the jitter, NVGRE has better rate value of 0.361 ms, than VXLAN value of 0.348 ms, and the vCPU USAge performance, NVGRE has the highest performance too that value is 60.57%. So on overall performance NVGRE has the better performance than VXLAN

    Analisis Kelayakan Implementasi Teknologi LTE 1.8 GHz Bagi Operator Seluler di Indonesia [Feasibility Analysis Of LTE 1.8 GHz For Mobile Operators In Indonesia]

    Full text link
    Peningkatan kebutuhan layanan data mendorong operator telekomunikasi berusaha mengimplementasikan jaringan akses broadband yang lebih handal. Teknologi LTE merupakan salah satu teknologi dengan kecepatan mencapai tiga kali dibanding teknologi HSDPA, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan data mobile. Refarming frekuensi 1.8 GHz untuk penerapan teknologi LTE memberikan efisiensi karena tidak perlu membayar BHP lagi untuk menyewa frekuensi baru. Teknologi 2G GSM selama ini juga semakin ditinggalkan, masyarakat di daerah perkotaan cenderung lebih banyak menggunakan layanan data. Sebelum diterapkannya teknologi LTE pada frekuensi 1.8 GHz perlu adanya kajian untuk mengetahui kelayakan teknologi LTE pada frekuensi 1.8 GHz. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan cost-benefit analysis implementasi LTE pada frekuensi 1.8 GHz. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitataif yang didukung dengan data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minimal bandiwdth yang diperlukan agar implementasi LTE layak digunakan adalah 15 MHz. Meskipun tanpa Global Frequency Returning, penggunaan bandwidth 10 MHz tidak layak digunakan untuk implementasi LTE. *****The incresing of data demand drives mobile operators to implement more reliable broadband access network. LTE technology has downlink peak rate up to three times than HSDPA, hence it may fulfill the mobile data user requirement. Frequency 1.8 GHz refarming can be implemented to provide efficiency because They do not need to pay licence fee for leasing new frequency. GSM technology will be abandoned since it is not growing anymore. Besides that, dense urban users tend to use data mobile. Before implementing LTE technology on 1.8 GHz frequency, It is necessary to analysis the feasibility such technology. This research used qualitative method supported by quantitative approach. The result of this research showed that minimum bandwidth to implement 1.8 GHz LTE is 15 MHz. Even without Global Frequency Returning, using bandwidth 10 MHz is not feasible

    Analisa Tekno Ekonomi Refarming Frekuensi 2100 MHz dengan Analisis Penggantian

    Get PDF
    Penyediaan biaya investasi yang tinggi untuk memenuhi jaringan komunikasi nirkabel yang handal dengan kapasitas yang besar merupakan salah satu tantangan bagi operator telekomunikasi saat ini. Pemanfaatan alokasi bandwith frekuensi secara efisien dan optimal merupakan salah satu solusi untuk mengatasi biaya investasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kajian analisa kelayakan biaya CAPEX dan OPEX skema Refarming Frekuensi dengan metode Replacement Analysis (RA) sesuai dengan tingkat persentase pertumbuhan pelanggan nirkabel layanan voice dan data (2012-2017) pada salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Metode kajian penelitian adalah melakukan kajian analisa kelayakan metode Replacement Analysis (RA) untuk optimasi kapasitas jaringan skema refarming frekuensi dengan menggunakan empat skenario implementasi, yaitu 2G/3G Collocation, 2G/3G/LTE Collocation, 3G/LTE Collocation, dan LTE (JBS). Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu setelah dilakukan kajian analisa kelayakan menggunakan metode Replacement Analysis (RA), skema Refarming Frekuensi meerupakan salah satu solusi bagi operator telekomunikasi di Indonesia dalam melakukan optimasi kapasitas jaringan nirkabel eksisting (2G dan 3G) dan jaringan baru (LTE) yang handal, dan dapat direkomendasikan skenario implementasi LTE karena biaya CAPEX dan OPEX yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tiga skenario implementasi yang lain nya (2G/3G Collocation, 2G/3G/LTE Collocation, 3G/LTE Collocation)

    IEEE 802.11ah Network Planning for IoT Smart Meter Application: Case Study in Bandung Area

    Full text link
    The growth of Wireless Fidelity (WiFi) technology is so rapid and popular. The technology most widely used for WiFi services is the IEEE 802.11 family of standards. To support the Internet of Things (IoT) era, 802.11ah standard technology has developed, and the standard is intended to provide a low-cost mode of operation, with a wider coverage area, and can support thousands of devices per cell. This paper discusses IEEE 802.11ah Standard Network Planning for the Internet of Things Application (Case Study: Smart Meter Using WiFi.id Network in Bandung), to improve network quality in terms of coverage and capacity to improve the efficiency of the WiFi network and so that it can supports the Internet of Things (IoT) service. Network planning using 802.11ah for the internet of things application with a smart meter case study using the WiFi.id network has been successfully carried out. To cover the entire area of Bandung, 23 sites are required. In the capacity, the Tx slots needed to cover possible smart meters for each site are only 9 tx slots out of a total of 100 tx slots
    corecore